October 23, 2006
ini malam lebaran
tapi nuansa malam lebaran malah tidak terasa sama sekali, aku merasakan malam ini seperti malam tahun baru. banyak motor ngebut-ngebutan dengan penumpang lebih dari dua orang. mobil-mobil bak terbuka dijejali banyak orang dengan terompet-terompet di tangan. jalan-jalan dipenuhi para gangster.
saat aku dan dua orang teman mencari warung nasi yang buka, kami menemukan pemandangan yang begitu kontras. saat jalan-jalan dihiasai motor dan mobil yang bergerak sangat kencang, di pinggir jalan, teronggok mobil carry yang mogok, penumpangnya penuh, terlihat mereka adalah yang sengaja mudik di malam takbiran, ban mobilnya pecah. penumpangnya sebagian keluar, menunggu dengan gelisah seseorang dari mereka yang memperbaiki bannya.
takbir tak lagi menggema, hanya samar terdengar di telingaku. sungguh, ini malam lebaran paling mengerikan.
"ada parcel yang dikirim dari tuhan!" seseorang berbisik samar di telingaku.
30 Ramadhan 1427 H
October 22, 2006

bukan hanya Pak Tri yang ulang tahun bulan ini. kawan saya satu ini juga sedang merayakan ulang tahunnya. lelaki yang seringkali dibilang cerewet karena kemampuannya mempertahankan argumen kalau berdebat ini adalah seorang pejalan. kalau tak percaya, tanyakan padanya, jalan-jalan mana saja di kota bandung ini yang belum terjamah kakinya. jadi sebetulnya mudah saja kalo memang berniat memberikan hadiah kepadanya. sebuah sepatu baru atau sandal baru mungkin bisa menjadi alternatif. tapi sayang, saya tak berniat memberinya hadiah apa pun tahun ini.
Denai, selamat ulang tahun!
semoga kali ini kamu tak gagal menemukan lilin kecil itu.
29 Ramadhan 1427 H
October 21, 2006

hari ini, Pak Tri ulang tahun.
tahun lalu saya dan teman-teman membuat sebuah acara untuk ulang tahunnya ini. kebetulan tahun lalu juga jatuh pada bulan puasa. kami berkumpul untuk buka puasa bersama. waktu itu juga kebetulan saya punya uang lebih, bisa membeli sebuah kue tart mungil, kalo membuat cukup repot juga, jadi saya pikir membeli lebih mudah. tahun lalu, buka puasanya cukup meriah. banyak teman-teman yang sengaja datang hanya karena ingat, bahwa buka puasa ini bertepatan dengan Pak Tri yang ulang tahun. tahun lalu, saat menjelang buka puasa itu, hujan deras mengguyur bandung. tapi itu tak menjadi penghalang bagi teman-teman untuk tidak datang.
hari ini, tak ada hujan yang membuat basah kota bandung. tak ada acara buka puasa bersama. dan saya hanya bisa mengirim sebuah pesan pendek kepadanya. sungguh, saya ingin bertemu, tapi waktu seakan-akan tidak berpihak.
Bapak, Selamat Ulang Tahun!
semoga semangatmu itu tetap menyala
biar jiwa saya terbakar dibuatnya.
28 Ramadhan 1427 H
October 20, 2006
pamit dari kostan teman pagi sekali. tak jelas tujuan. akhirnya memutuskan singgah di sebuah warnet. sebuah email muncul di inbox. seseorang mengirimnya kemarin.
jujur saja, aku masih juga bergetar saat membaca emailmu. getaran yang sama, saat dulu, seringkali aku membaca email-email darimu. getaran yang tidak juga hilang meski berbulan-bulan yang lalu kamu memutuskan untuk pergi. cukup satu yang membedakannya antara sekarang dan masa lalu, ada rasa sakit yang mengiris-ngiris hati saat aku membaca emailmu sekarang. dan konyolnya, aku menangis.
kamu bertanya kabar, aku tak tahu harus membalas apa. bukankah hal-hal seperti itu seringkali hanyalah basa-basi? kata baik, tidaklah cukup mewakili aku saat ini. ada banyak hal yang berubah. semuanya sangat kacau. banyak hal yang membuatku merasa bahwa hidup sudah selesai dan tak perlu dilanjutkan. bunuh diri terkadang terlintas dalam pikiran. tapi sebuah ruang yang nyaman untuk itu belum juga aku temukan. sebab kalaupun aku mati, aku ingin di tempat yang cukup layak, yang nyaman untuk menjadi tempat terakhir hidupku.
tentu saja, aku akan mengatakan baik-baik saja kepadamu. bukankah tak ada jawaban selain itu? aku akan berkata bahwa aku sudah merasa nyaman dengan hidupku yang sekarang. sudah bisa menerima kepergianmu dengan hati lapang walau sedikit kecewa. aku akan berkata bahwa aku bahagia melihatmu bahagia.
membalas email. keluar dari warnet. masih juga tak tahu mau ke mana.
UPDATE
sehabis magrib berangkat menuju jalan dago. niatnya menghadiri acara launching Jan Cornall Singing Srengenge.
ternyata saya salah tempat. saya seharusnya tidak datang. acara ini hanya ditujukan bagi seniman yang berkocek tebal. sebuah tempat yang terlalu mewah bagi saya yang terbiasa hidup miskin. daftar menu yang memampang harga selangit itu saya abaikan. sampai akhirnya saya terpaksa memesan sebuah jus mangga dengan harga 11.550 rupiah. satu kali dalam hidup saya, saya merasakan bagaimana rasanya membeli sebuah image. rasa jusnya lebih enak di tempat biasa saya membeli jus dengan harga 3000perak.
begitulah saya menghabiskan malam ini. alunan jazz itu menjadi sangat samar di telinga saya. saya tak lagi benar-benar bisa menikmati semuanya. saya merasa sangat asing. saya lega ketika bisa meninggalkan tempat itu, meski acara belum selesai.
Jan, maafkan saya. bukan suaramu itu yang membuat saya tak nyaman. tapi tatapan mata pelayan-pelayan itu yang membuat saya menjadi tak nyaman lagi mendengar lantunan suara jazzmu.
27 Ramadhan 1427 HOctober 19, 2006
ini hari terakhir saya ke kampus. banyak teman-teman yang sudah pulang. sebagian lagi baru akan pulang besok dan lusa. saya sendiri merasa tak punya kampung halaman. setiap lebaran tak pernah meninggalkan kota bandung. kalau pun pernah, itu terjadi beberapa tahun yang lalu, dan bukan dalam rangka mudik lebaran, melainkan melarikan diri.
lebaran kali ini pun sesungguhnya saya ingin melarikan diri. pergi ke perjalanan yang sangat jauh. tapi tentu saja itu tidak mungkin. dulu, saya pernah punya mimpi, bahwa suatu saat saya akan berlebaran dengan seseorang. berbagi kebahagiaan layaknya sepasang kekasih. cukup dengan ketupat seadanya. saya mungkin akan sangat bahagia. tapi sekarang, itu semua juga tidak mungkin. segalanya berubah begitu cepat. kadangkala saya menyesal pernah mempunyai harapan yang terlalu besar. tapi kadangkala saya juga hanya tertawa, menertawakan kebodohan sendiri.
lebaran kali ini, saya tak ingin apa-apa. kalau pun toh ada, mungkin saya hanya ingin sendirian saja.
26 Ramadhan 1427 H
October 18, 2006
apa yang diharapkan oleh seseorang yang merasa sudah mati?
tentu saja tak ada. bagi dia, harapan terlalu mewah dan mahal
layaknya orang mati, dia hanya akan mengikuti arus takdir
kemana sungai nasib menghanyutkannya ke sanalah dia berangkat
tujuan? sebuah alamat? tidak. dia tidak sedang menuju apapun
tidak juga sedang mencari sebuah alamat
baginya sebuah peti mati akan membuatnya sedikit bahagia
bahagia? ohh.. ini kata sudah lama hilang dalam kamusnya.
stt.. kau ingin tahu siapakah dia?
kuberitahu sekarang, tapi jangan bilang-bilang.
dia, yang merasa sudah mati itu, tidak lain dan tidak bukan
adalah saya!
25 Ramadhan 1427 H
October 17, 2006
October 16, 2006
October 15, 2006
kita bergegas memasuki pintu lantas menguncinya rapat
tak ada yang bisa menghindar dari kelam yang kian mampat
tapi dengan berdiam di dalam ruang
kita berharap dingin takkan berhasil menyentuh tubuh
meski sunyi akan tetap berhasil mengintip dari balik bilik
kau memasuki kamar tempat segalanya biasa tumpah
bergelasgelas kopi dengan puntung rokok dalam asbak
dan catatancatatan belum selesai yang berserakan
aku masih juga mencoba mengusir sunyi dengan teh yang diseduh airmata
membiarkan nyamuk berpusing di antara daun telinga
tapi malam, alangkah sombongnya ia
menelanjangi setiap diri dengan sepi yang mengunci
22 Ramadhan 1427 H
October 14, 2006
October 13, 2006
October 12, 2006
October 11, 2006
salam bagi maut yang sebentar lagi menjemput
kita memang tak bisa menebak warna usia
hijau terkadang jatuh lebih dulu di atas merah batu
meninggalkan bau kematian yang sengit
tak ada warna yang bisa aku pilihkan untukmu
namun harapan lebih agung dari muara segala doa
maka kupilihkan saja sejumput ilalang
bagi nasib kita yang serupa belantara
18 Ramadhan 1427 H
October 10, 2006
hari ini saya melihat sebuah ancaman
melihat semua itu, saya tak yakin ada sebuah kata keikhlasan
kengerian dibuat untuk menerapkan hukum tertentu
ah, sebuah kengerian yang menurut saya tak perlu
sebuah pertunjukan Robohnya Surau Kami adaptasi dari cerpen AA. Navis yang dimainkan oleh teman-teman dari Pemanis STSI Bandung kurang begitu mengena di adegan awalnya. penggarapan yang menurut saya seperti dibuat tidak serius dan main-main membuat jalan cerita yang sesungguhnya malah hampir tidak tersampaikan. penonton dibuat tertawa terlebih dahulu dengan gerakan-gerakan dan ucapan-ucapan gaya longser. mungkin niatnya memang baik, menggiring penonton untuk menikmati pertunjukan dengan santai tapi serius. namun sayang, apa yang diharapkan sepertinya malah tidak didapat. penonton, terutama yang sudah pernah membaca cerpennya AA. Navis seperti diajak dulu berputar-putar tanpa tujuan untuk bisa sampai pada isi dari pertunjukan. tapi lepas dari itu semua, bentuk visual dari petunjukan ini sangat menarik. bagaimana pemain ditempatkan juga menjadi bagian dari setting pertunjukan.
17 Ramadhan 1427 H
October 09, 2006
October 08, 2006
hari ini seorang teman berulang tahun, tapi aku tak bisa memberinya apa-apa selain untaian kalimat ini:
sesuatu itu bernama waktu
dia yang setia mengasah ketajamannya
mencari celah biar bisa menikam dari belakang
sampai remuk seluruh tubuh
sesuatu itu bernama waktu
dia yang akan selalu bicara
tentang malammalam sunyi milik kita.
selamat berulang tahun untuk Idaman Andarmosoko.
15 Ramadhan 1427
October 07, 2006
sabtu sunyi
di balik sayapnya aku sembunyi
menyembunyikan gelisah yang tak lagi bisa tumpah
sebab kata hanya barisan hurufhuruf belaka
sebagai kata, seharusnya dia ada
sekadar menjelaskan sebuah makna
entah itu benci atau mungkin kesumat yang laknat
aku sembunyi di sabtu sunyi
mencoba memaknai hari tanpa basabasi
14 Ramadhan 1427
October 06, 2006
October 05, 2006
saya seperti sedang diseret pada sebuah tiang gantungan. perasaan ini seringkali datang kepada saya disaat saya dihadapkan pada persoalan rumit dan tak mudah diselesaikan. hari ini pun begitu juga. sepulang saya dari Jogja, saya kembali dihadapkan pada sebuah permasalahan. buletin edisi ketiga yang tempo hari saya ceritakan ternyata mendapat respon yang sangat "hangat" dari senior-senior saya di kampus. mereka menangkap adanya semacam niatan untuk memecah belah mahasiswa, katanya. lantas kami akan dikumpulkan sore nanti.
selain itu, saya juga punya masalah lain tentu saja. tapi seringkali masalah lain itu menjadi terabaikan dan saya simpan sendirian saja karena saya merasa, cukup saya yang selesaikan persoalan ini sendirian. ya, saya toh tak perlu libatkan banyak orang hanya untuk mengurus persoalan hati dan tetek bengek lainnya.
haha... hari ini adalah hari yang paling menyedihkan bagi saya. tapi saya lagi-lagi harus bisa tetap tertawa. hahaa...
12 Ramadhan 1427 H
October 04, 2006
October 03, 2006
: untukmu
kita mengulangnya kembali subuh ini
sebuah percakapan tanpa bahasa
tanpa logika
entah ke mana larinya kesadaran
kita menjadi dungu oleh sesuatu bernama hasrat
ruang dalam diri kita menjadi medan magnet
saling menarik. saling menghancurkan
tubuhku remuk dan rangsak
tubuhmu retak sudah
di penghujung riuh
aku disadarkan pada sebuah kenyataan
ini hanya mimpi buruk dari kenyataan paling buruk
10 Ramadhan 1427 H
October 02, 2006
October 01, 2006
15 oktober 2004 adalah hari pertama saya munggah di Jogja. Saya ingat betul bagaimana kami berburu sahur. Saya ditemani empat lelaki bajingan menginap di sebuah hotel murahan di Jogja. Waktu itu saya menemani seorang lelaki, yang kini sudah menjadi PNS, untuk mengantarkan novelnya pada sebuah penerbit di Jogja.
Sekarang, 01 Oktober 2006, novel tersebut belum juga terbit. Tapi saya kembali harus mengalami hal yang sama. Sahur di Jogja. Saya ditemani enam lelaki (apakah mereka juga bajingan? saya tak tahu pasti) bersama-sama sahur, dan tentu saja ini bisa dibilang sahur sekaligus berbuka. Sebab sejak berbuka kemarin, perut kami belum terisi nasi.
Ramadhan di Jogja saya pikir tak akan terulang lagi setelah 2004 itu. Tapi peta nasib berkata lain saudara-saudara!
08 Ramadhan 1427 H