17
tibatiba kau tawarkan kepadaku
kematian dengan ribuan kata
sebab tak ada yang lebih menyakitkan
selain kata sakit itu sendiri, ucapmu.
mati bersama dengan kata adalah
membiarkan seluruh frasa abadi
dalam setiap langkah.
leburkan segala prasangka
ini saatnya berpagut, menjadi mayat
menyebrangi lautan duka
mencapai kebahagiaan tanpa nyeri
tibatiba kau tawarkan kematian
paling menyenangkan.
BumiAllah, 31 oktober 2004
October 31, 2004
October 30, 2004
16
rumah ini berkabut lagi
setelah sekian lama tak pernah ada asap
rokokmu kembali membakar dadaku
membangkitkan kenangan demi kenangan
mengembalikan ingatan yang telah karam
membunuh satu demi satu rindu
kelak, malam ini pun akan tenggelam juga
membeku dalam pikiran
membatu dan sebagian jadi abu
tapi kenapa detikdetik yang lewat ini
terasa begitu menyakitkan?
menyisakan belati bersama warnah merah.
kenapa?
BumiAllah, 30 oktober 2004
rumah ini berkabut lagi
setelah sekian lama tak pernah ada asap
rokokmu kembali membakar dadaku
membangkitkan kenangan demi kenangan
mengembalikan ingatan yang telah karam
membunuh satu demi satu rindu
kelak, malam ini pun akan tenggelam juga
membeku dalam pikiran
membatu dan sebagian jadi abu
tapi kenapa detikdetik yang lewat ini
terasa begitu menyakitkan?
menyisakan belati bersama warnah merah.
kenapa?
BumiAllah, 30 oktober 2004
October 29, 2004
15
geus mangpirangpirang usum kaliwatan
panon poe nanceb di mumunggang gunung
seja balik, nganteurkeun peuting
jeung sepi jempling
didieu kuring reureuh
sanggeus lumampah ngitung kasalah
ngalengkah ngijir kanyeuri
dina lima belas wanci anu rineh
bulan nu cahyana murub mubyar
poe nu kasaktian nana tanpa wates
kuring eureun didieu
rek muka lawang peteng
nu geus mangpirang alam kakonci
kuring didieu, moal ngelehan
di satengahing jalan.
BumiAllah, 29 oktober 2004
geus mangpirangpirang usum kaliwatan
panon poe nanceb di mumunggang gunung
seja balik, nganteurkeun peuting
jeung sepi jempling
didieu kuring reureuh
sanggeus lumampah ngitung kasalah
ngalengkah ngijir kanyeuri
dina lima belas wanci anu rineh
bulan nu cahyana murub mubyar
poe nu kasaktian nana tanpa wates
kuring eureun didieu
rek muka lawang peteng
nu geus mangpirang alam kakonci
kuring didieu, moal ngelehan
di satengahing jalan.
BumiAllah, 29 oktober 2004
October 28, 2004
14
jalan ini semakin letih dan berdebu
panas yang meruap mengirim anakanak luka
ke pangkuan hari yang lelah yang basah
ada yang terlempar dari lorong
lorong tak berpintu, menumbuhkan keluh juga peluh
kota ini semakin tak nyaman
hanya gelisah yang tumbuh mengakar
dan takut yang semakin lebat berbuah
di ujung jalan,
orangorang antri menunggu musim berganti
BumiAllah, 28 oktober 2004
jalan ini semakin letih dan berdebu
panas yang meruap mengirim anakanak luka
ke pangkuan hari yang lelah yang basah
ada yang terlempar dari lorong
lorong tak berpintu, menumbuhkan keluh juga peluh
kota ini semakin tak nyaman
hanya gelisah yang tumbuh mengakar
dan takut yang semakin lebat berbuah
di ujung jalan,
orangorang antri menunggu musim berganti
BumiAllah, 28 oktober 2004
October 27, 2004
13
tibatiba tuhan bercanda lagi
dipertemukannya kau dan aku
kita kembali menyusuri malam
menitipkan mimpi pada kabut dan gigilnya
mengulang kisah yang usang dalam ingatan
malam tanpa sepeda
hanya ranselransel tua dari masalalu
mereka bercerita banyak peristiwa
tentang rambutmu yang memanjang
tentang perjalanan penuh luka
tentang mimpi dan lelucon tolol
kau, hanya kau
hanya matamu yang semakin tajam
dan kalimatmu yang bertambah kelam
tuhan memang tengah bercanda
dan kita telah membuatnya tertawa.
BumiAllah, 27 oktober 2004
tibatiba tuhan bercanda lagi
dipertemukannya kau dan aku
kita kembali menyusuri malam
menitipkan mimpi pada kabut dan gigilnya
mengulang kisah yang usang dalam ingatan
malam tanpa sepeda
hanya ranselransel tua dari masalalu
mereka bercerita banyak peristiwa
tentang rambutmu yang memanjang
tentang perjalanan penuh luka
tentang mimpi dan lelucon tolol
kau, hanya kau
hanya matamu yang semakin tajam
dan kalimatmu yang bertambah kelam
tuhan memang tengah bercanda
dan kita telah membuatnya tertawa.
BumiAllah, 27 oktober 2004
October 26, 2004
October 25, 2004
October 24, 2004
10
ketika jam dentingnya sepuluh kali
dan malam diamdiam menikam jantung
tibatiba aku teringat kau
teringat dunia yang gila katamu
teringat bijibiji keyboard yang tak pernah tumbuh
teringat sunyi dan puisi basi
kita memang tak pernah bicara tentang cinta
sebab cinta yang setia mengajari kita
tentang sakit yang melahirkan puisi
tentang luka yang jadi pertanda
tentang cemburu yang mengabukan kenangan
mungkin rembulan senantiasa membawa ingatan
hingga kau hadir begitu saja
diantara kertaskertas kosong
diantara jutaan huruf tanpa makna
diantara bayangbayang asing lainnya
ketika jam dentingnya sepuluh kali
dan malam diamdiam menikam jantung
senyummu hadir lagi dalam benakku.
BumiAllah, 24 oktober 2004
ketika jam dentingnya sepuluh kali
dan malam diamdiam menikam jantung
tibatiba aku teringat kau
teringat dunia yang gila katamu
teringat bijibiji keyboard yang tak pernah tumbuh
teringat sunyi dan puisi basi
kita memang tak pernah bicara tentang cinta
sebab cinta yang setia mengajari kita
tentang sakit yang melahirkan puisi
tentang luka yang jadi pertanda
tentang cemburu yang mengabukan kenangan
mungkin rembulan senantiasa membawa ingatan
hingga kau hadir begitu saja
diantara kertaskertas kosong
diantara jutaan huruf tanpa makna
diantara bayangbayang asing lainnya
ketika jam dentingnya sepuluh kali
dan malam diamdiam menikam jantung
senyummu hadir lagi dalam benakku.
BumiAllah, 24 oktober 2004
October 23, 2004
09
jika nurani bicara setiap saat
mungkin tak ada rentetan benci, dendam
dan amarah yang menyerbu jantung kiriku
dan perang mungkin tak pernah terjadi
puluhan abad lalu,
nurani kalah oleh nafsu
pun juga masa ini
tapi ini malam,
izinkan nuraniku berteriak
mencaci diri sendiri
memaki ketololan diri
memusnahkan penyakit hati dengan dzikir tanpa henti.
BumiAllah, 23 oktober 2004
jika nurani bicara setiap saat
mungkin tak ada rentetan benci, dendam
dan amarah yang menyerbu jantung kiriku
dan perang mungkin tak pernah terjadi
puluhan abad lalu,
nurani kalah oleh nafsu
pun juga masa ini
tapi ini malam,
izinkan nuraniku berteriak
mencaci diri sendiri
memaki ketololan diri
memusnahkan penyakit hati dengan dzikir tanpa henti.
BumiAllah, 23 oktober 2004
October 22, 2004
08
tak ada yang pernah benarbenar saling mengenal
sebab hanya waktu dan ruang yang mempertemukan kita
untuk saling berbagi cerita
tak ada yang pernah benarbenar saling memahami
hanya pemaklumanpemakluman pada peristiwa
yang terjadi dalam kurun masa yang sama
hingga selalu ada maaf untuk setiap kesalahan
tak ada yang pernah benarbenar saling mencintai
sebab hanya harapan dan impian sama
yang tak dimiliki siapapun
menjadi jembatan membangun sebuah ikatan
setelah rindu datang menyerbu
tak ada yang pernah benarbenar menyadari
bahwa kita hanya singgah di pelataran waktu
miliknya.
BumiAllah, 22 oktober 2004
tak ada yang pernah benarbenar saling mengenal
sebab hanya waktu dan ruang yang mempertemukan kita
untuk saling berbagi cerita
tak ada yang pernah benarbenar saling memahami
hanya pemaklumanpemakluman pada peristiwa
yang terjadi dalam kurun masa yang sama
hingga selalu ada maaf untuk setiap kesalahan
tak ada yang pernah benarbenar saling mencintai
sebab hanya harapan dan impian sama
yang tak dimiliki siapapun
menjadi jembatan membangun sebuah ikatan
setelah rindu datang menyerbu
tak ada yang pernah benarbenar menyadari
bahwa kita hanya singgah di pelataran waktu
miliknya.
BumiAllah, 22 oktober 2004
October 21, 2004
07
bulan separuh memeluk sunyiku
menjadi satusatunya saksi, namamu
masih juga kulafalkan dalam doa
waktu yang maraton. mungkin akan
membawa kita pada sebuah persimpangan
hingga jabat erat adalah harapan
yang jadi kenyataan
dalam dadaku
ribuan kunangkunang terbang
menuju negeri paling malam
menuntaskan satu demi satu rindu
sedang bulan separuh masih sendiri
menanti bebintang yang terlambat datang.
BumiAllah, 21 oktober 2004
bulan separuh memeluk sunyiku
menjadi satusatunya saksi, namamu
masih juga kulafalkan dalam doa
waktu yang maraton. mungkin akan
membawa kita pada sebuah persimpangan
hingga jabat erat adalah harapan
yang jadi kenyataan
dalam dadaku
ribuan kunangkunang terbang
menuju negeri paling malam
menuntaskan satu demi satu rindu
sedang bulan separuh masih sendiri
menanti bebintang yang terlambat datang.
BumiAllah, 21 oktober 2004
October 20, 2004
06
ini bukan puisi.
anggap saja sebuah surat yang sudah lama ingin kutulis untukmu, namun selalu ragu. aku tahu, aku tak pantas memasuki ruang batinmu, tapi izinkanlah aku untuk sekedar istirah di berandanya. melafalkan dzikir dan doa kecil, mentasbihkan kembali syahadat yang mulai berkarat.
kita memang tak harus saling memaafkan jika dengki ini masih setia di pojok hati. tapi aku tahu, dalam jiwamu tak pernah ada iri. dan aku akan begitu nista jika tetap keras kepala. akhirnya, diamdiam kuikhlaskan juga seluruh prasangka.
ini bukan puisi.
anggap saja ucapan terima kasih bahwa kau masih mau menemuiku, memeluk erat tubuh ringkih ini, menghangatkannya dalam seribu bulan.
ini untukmu, ramadhan.
BumiAllah, 20 oktober 2004
ini bukan puisi.
anggap saja sebuah surat yang sudah lama ingin kutulis untukmu, namun selalu ragu. aku tahu, aku tak pantas memasuki ruang batinmu, tapi izinkanlah aku untuk sekedar istirah di berandanya. melafalkan dzikir dan doa kecil, mentasbihkan kembali syahadat yang mulai berkarat.
kita memang tak harus saling memaafkan jika dengki ini masih setia di pojok hati. tapi aku tahu, dalam jiwamu tak pernah ada iri. dan aku akan begitu nista jika tetap keras kepala. akhirnya, diamdiam kuikhlaskan juga seluruh prasangka.
ini bukan puisi.
anggap saja ucapan terima kasih bahwa kau masih mau menemuiku, memeluk erat tubuh ringkih ini, menghangatkannya dalam seribu bulan.
ini untukmu, ramadhan.
BumiAllah, 20 oktober 2004
October 19, 2004
05
ini negeri terbakar lagi
mengabukan kenangan demi kenangan
di sepanjang jalan menuju rumahmu
jelaga jadi pertanda dendam belum selesai
ada dengki yang tak kunjung usai
kemarau tak kunjung padam di kota ini
menyisakan reruntuhan hitam
dalam musim ingatan
tuhan,
tangis langitmulah yang kuharapkan
bukan tangis bocahbocah dengan luka bakar.
BumiAllah, 19 oktober 2004
ini negeri terbakar lagi
mengabukan kenangan demi kenangan
di sepanjang jalan menuju rumahmu
jelaga jadi pertanda dendam belum selesai
ada dengki yang tak kunjung usai
kemarau tak kunjung padam di kota ini
menyisakan reruntuhan hitam
dalam musim ingatan
tuhan,
tangis langitmulah yang kuharapkan
bukan tangis bocahbocah dengan luka bakar.
BumiAllah, 19 oktober 2004
October 18, 2004
04
embun menembus sajadah merah
melikatkan airmata
ada doa yang tak sempat terucap
terselip diantara jemari kesedihan
gelap yang tak lagi pekat
membangun rakaatrakaat pendek
menggenapkan kembali sujud demi sujud
di penghujung salam,
senyummu berkelebat
melebatkan ingatan atas masa lalu
rindu,
baunya menajam seusai subuh.
BumiAllah, 18 oktober 2004
embun menembus sajadah merah
melikatkan airmata
ada doa yang tak sempat terucap
terselip diantara jemari kesedihan
gelap yang tak lagi pekat
membangun rakaatrakaat pendek
menggenapkan kembali sujud demi sujud
di penghujung salam,
senyummu berkelebat
melebatkan ingatan atas masa lalu
rindu,
baunya menajam seusai subuh.
BumiAllah, 18 oktober 2004
October 17, 2004
October 16, 2004
Subscribe to:
Posts (Atom)