August 31, 2009

10

jalan-jalan inilah yang telah membawaku padamu
telah kulukis seluruh sakit di tubuhmu
lalu kuberi warna matahari
seperti dulu telah kau beri aku cahayanya

August 30, 2009

09

kami kembali bocah, kembali kanak
seperti juga waktu, senantiasa kembali pada satu
kami ingin menjelma bayi
di detik-detik paling hakiki
di hadapanmu, kekasih

August 29, 2009

08

segalanya telah menjelma sungai
alir yang setia mencari laut, menuju samudera
aku padamu adalah pejalan pada langkah
segala kesetiaan telah kutegakkan
kini aku berdiri sebagai pecinta
tegak memujamu, kekasih

August 28, 2009

07

seperti malam, seperti siang
seumpama langit, seumpama bumi
aku mencintaimu tanpa kata
tanpa bahasa

aku mencintaimu dengan semesta
yang kuhirup dalam nafasku

August 27, 2009

06

gerimis ini, kekasih
dia yang mengantarkanku menjauh darimu
seperti kisah cinta yang lain juga
aku lebih memilih gerimis
agar kelak kau bisa melihat pelangi
di antara senja dan warna jingga

August 26, 2009

05

demi bukit-bukit hijau keemasan
kami melangkah di pematang, menyusur alur sungai
bersama lumpur sawah kami menunggu benih-benih tumbuh
sementara sungai setia menjadi ibu
bagi cemas yang kian gemas
kami memuja sawah, memuja ladang
sebagai tempat kembali pada diri.

August 25, 2009

04

kami bergegas menuju magrib
tapi magrib, dia seolah raib, menyisakan gerimis
menyisakan tangis
kami melangkah menuju matahari
mencipta magrib sendiri

August 24, 2009

03

di atas meja ini kami menyusun rencana
mencoba menemukan alur bagi kesetiaan yang biru
di tangan kami terlipat peta, musim, dan sebuah kota
kelak, jika waktunya tiba
seseorang akan mengabarkan padamu
kami berjalan menuju sebuah musim di sebuah kota dengan sebuah peta.

August 23, 2009

02

di puncak gunung itu, kami mencipta musim sendiri
membangun perahu bagi segenap kisah yang tak merdu
dan di atas menara itu, kami serupa Nuh
menangkap gelagat dari siasat semesta
di antara kami tak ada yang tahu kapan mesti berlayar
tapi kata-kata telah menjelma laut
melayarkan perahu ke segenap penjuru.

August 22, 2009

01

kami menyusur tubuh subuh ketika kata-kata menjelma doa
di jalan yang sama, kami menatap cuaca tenggelam ke balik malam
ketika sumur di belakang rumah kembali kering
kami menemukan doa yang basah di atas sajadah
menenggelamkan sakit, mengalirkan sengit
menuju laut hidup, menujumu, kekasih!

August 21, 2009

selalu ada rindu di sini, padamu...
aku kembali menjumpaimu dengan rindu yang menggebu

marhaban ya ramadhan!