October 11, 2005

07
Romulus Agung

melalui karyanya yang berjudul Romulus Agung, Friederich Durrenmatt seakan-akan mengatakan bahwa perang adalah akibat dari nafsu berkuasa dan heroisme, ya, heroisme yang sampai sekarang masih merupakan sifat yang diagung-agungkan oleh banyak bangsa di dunia. mengenai nafsu berkuasa dan cara-cara yang biasa dijalankan untuk mencapai kekuasaan, Durrenmatt melalui tokoh Romulus Agung berkata:

Romulus: ....Roma tahu kebenaran, tetapi ia memilih kezaliman. Roma tahu prikemanusiaan tetapi ia memilih tirani, Roma merendahkan dirinya dua kali lipat. Di depan wajahnya sendiri dan di depan rakyat yang mempercayakan nasibnya ke tangan Roma. Kau menghadapi tahta hantu berikut semua raja Roma yang pernah ada dan aku sebagai yang terakhir. Mestikah kubuka kedua kelopak matamu agar melihat tahta yang sebenarnya itu? Mestikah kubuat kau, ya, kau, agar meraba darah yang mengalir di mana-mana yang merupakan saluran yang tak pernah henti dari kekuasaan Roma? (hal.30, terjemahan Jim Lim)

Dikisahkan dalam naskah drama ini bahwa Romulus adalah Raja Roma yang menghirup matahari terbit untuk terakhir kalinya bagi sejarah panjang kekuasaan Roma. Dikisahkan bahwa Raja Roma yang bernama Romulus ini adalah sangat agung dan bijaksana. Dia membenci pertumpahan darah. Sampai akhirnya datanglah, Jerman, menyerbu Roma. Naskah Romulus Agung adalah naskah komedi. Dalam satu adegan, bertemulah Raja Romulus dengan pemimpin penyerang Jerman, dalam dialog mereka, akhirnya diketahuilah bahwa penyerang dan yang diserang mempunyai kesamaan, yaitu: mencintai ayam dan benci peperangan.

No comments:

Post a Comment