April 03, 2022

01

"Apakah aku berhak bahagia? Kenapa penderitaan ini tak pernah usai?" suaramu terlampau pelan, hampir-hampir tak terdengar.

"Aku pernah membaca, entah buku siapa, katanya semua orang berhak bahagia. Semua orang bisa bahagia dengan caranya sendiri. Ada yang bahagia karena berhasil memenangkan proyek milyaran rupiah. Tapi ada juga yang bahagia hanya sekadar bisa memeluk anak-anaknya."

Aku tak tahu, apakah jawabanku mampu menenangkan kegelisahan dalam dadamu. Atau sebaliknya. Aku tak tahu.

"Kenapa hidup tak pernah memihakku?" suaramu kembali terdengar, kini begitu jelas di telingaku.

"Jika hidup tidak memihakmu, apakah lantas memilih untuk tidak hidup adalah pilihan terbaik? Aku rasa tidak. Hidup memang tidak memihak kita. Tapi kita semestinya tetap berjuang untuk tetap bisa hidup, bukan?"

Aku tak tahu, apakah jawabanku mampu membuatmu berhenti memikirkan bagaimana caranya mengakhiri hidup. Aku benar-benar tak tahu.

"Aku harus bagaimana?" suaramu terdengar lebih jelas lagi.

"Hiduplah dengan penuh rasa syukur. Mungkin ini terdengar klise. Tapi aku tak tahu, bagaimana orang-orang menjalani hidup agar bahagia. Aku tak tahu bagaimana orang-orang mencapai cita-citanya. Aku hanya tahu bahwa bersyukur menjauhkanmu dari keinginan bunuh diri.

No comments:

Post a Comment